RASAMEMAKSAMENGETAHUI: 07/04/10

Sunday, July 4, 2010

Mendekati Untuk Mencintai


- Ibnu Athaillah -

Wahai hamba Allah, apabila engkau meminta kepada Allah ketika hampir dengan-Nya, mintalah agar Dia memperbaiki semua yang ada pada dirimu. Berdoalah:
“Ya Allah, perbaikilah segala keadaanku.”
Mintalah kepada Allah agar Dia memperbaiki keadaanmu disertai perasaan reda terhadap semua ketetapan-Nya. Iaitu pasrah dan reda terhadap semua qada’ dan qadar-Nya.
Engkau adalah seorang hamba yang keliru jika ketika diminta kembali kepada-Nya dengan melakukan ketaatan, engkau terus lari dari-Nya dengan melakukan maksiat. Lari dari Allah ditanda dengan perbuatan-perbuatan jahat, melanggar perintah-Nya, keinginan yang menyimpang dan dengan niat yang salah.
Bila engkau lalai dalam solat, mensia-siakan puasa, mengeluh akan kurniaan Allah dan mencintai dunia beerti engkau telah lari dari Allah. Kerana hawa nafsu telah membuat engkau berani pada-Nya. Engkau telah berpaling dari Allah dikala engkau terdorong pada indahnya dunia, terbuai dengannya, sibuk memikirkannya serta lupa pada hebatnya hari akhirat.
Allah berfirman:
“Janganlah kamu membeliakkan kedua matamu (terlalu kagum) dengan apa yang Kami berikan pada mereka sebagai perhiasan kehidupan dunia. Hal itu untuk menguji mereka. Sedangkan rezeki Tuhanmu jauh lebih baik dan lebih kekal.” (Taha : 131)
Allah telah mentakdirkan sihat dan sakit, kaya dan miskin serta bahagia dan sedih kepadamu. Maksudnya adalah agar engkau kembali pada-Nya dan mengetahui semua sifat-Nya sehingga ketika engkau senang, engkau boleh bersyukur dan ketika susah engkau mampu pasrah dan bersabar.
Wahai manusia, berapa kali engkau hinakan dirimu dengan berdiri di hadapan makhluk, meminta bantuan dan pertolongan mereka?
Berapa kali mereka begitu berat mendengar permintaanmu, bermasam muka serta menghinamu?
Sementara engkau tidak pernah sekalipun kembali pada Penciptamu, tidak pernah meminta keperluanmu kepada-Nya serta tidak pernah menghadap-Nya secara khusyuk, berdoa secara jujur dan memohon secara tulus.
Wahai hamba Allah, jika engkau inginkan kemuliaan, janganlah berharap pada makhluk tetapi tambatkan rasa dan harapan pada Allah serta perlihatkan keperluan-keperluanmu yang terdesak kepada-Nya.
Kerana Allah mengabulkan doa orang yang sedang terdesak. Hanya Dia Yang Maha Berkuasa boleh melenyapkan bahaya dan merasa senang jika diminta oleh hamba-Nya. Sesiapa yang meminta kepada makhluk tidak kepada Tuhan dan Tuannya, ia akan menjadi teramat hina.
Dirimu begitu setia dan terbuai dengan makhluk, sedangkan kepada Allah, engkau acuh tidak acuh dan menjauhi-Nya. Engkau tergolong dalam golongan orang yang bodoh kalau terus-menerus menemui makhluk kerana ingin mendapatkan hartanya sementara engkau tinggalkan pintu Zat Pemberi Rezeki, Yang Maha Berkuasa dan Maha Kukuh.
Bolehkan engkau meminta pada makhluk yang fakir lalu meninggalkan Allah Yang Maha Kaya? Jika ingin mendapat pelbagai kurnia, tunjukkan kesusahan dan keperluanmu pada-Nya serta jangan sekali-kali menyandarkan kekuatan sesiapapun yang berada di sekitarmu.
Apabila engkau ingin mendapat bahagian seperti yang Allah berikan pada para wali-Nya dan apabila engkau ingin hidup mulia, mintalah keperluanmu pada Allah, arahkan keinginanmu pada-Nya serta sibuklah dengan-Nya.
Allah berfirman:
“Siapa yang bertawakal kepada Allah, nescaya Allah mencukupinya.” (At-Talaq : 3)
Ibn ‘Abbas berkata :
Pada suatu hari, ketika saya berada di belakang Nabi SAW, baginda bersabda : “Wahai anak muda, jagalah (hak-hak) Allah, pasti Allah menjagamu. Jagalah Allah, pasti Allah memerhatikanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah pada Allah. Jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah pada Allah. Ketahuilah bahawa seandainya umat ini berkumpul untuk memberi manfaat kepadamu, hal itu tidak akan terwujud kecuali dengan takdir-Nya. Sebaliknya jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu, hal itu takkan berhasil kecuali dengan takdir-Nya. Pena sudah kering dan lembaran juga sudah dilipat.” (H.R. Tirmidzi dan menurutnya sanad hadis ini sahih)
Saya mendengar Abu al-’Abbas al-Mursi berkata:
“Demi Allah, aku tidak melihat kemuliaan kecuali saat manusia tidak memerlukan makhluk dan saat ia boleh menjaga diri dari harta mereka.”
Perhatikanlah sentiasa firman Allah:
“Kemuliaan itu hanyalah milik Allah, milik Rasul-Nya serta milik orang-orang yang beriman.” (al-Munafiqun : 8)
Di antara kemuliaan yang Allah berikan kepada kaum mukmin adalah apabila ia menambatkan keperluan dan keyakinannya pada Allah, tidak pada yang lain.
Wahai saudaraku, Allah telah memakaikan padamu pakaian iman dan menghiasimu dengan perhiasan makrifat. Oleh itu, hendaklah engkau malu kepada Allah apabila lalai dan lupa sehingga terdorong pada dunia lalu meminta kebaikan orang lain.
Alangkah buruk andai seorang mukmin meminta keperluannya pada makhluk padahal ia mengetahui keesaan Allah dan mendengar firman-Nya:
“Bukankan Allah mencukupi hamba-Nya.” (az-Zumar : 36)
Di antara janji yang engkau perlu lakukan adalah engkau tidak akan meminta keperluanmu kecuali kepada Allah serta tidak akan bertawakal kecuali kepada-Nya.
“Hanya kepada Allah hendaklah kaum mukmin bertawakal.” (Ali Imran : 160)
Sebaik-baik permintaan seorang hamba kepada Tuhannya adalah memohon agar diberi sikap istiqamah bersama-Nya.
Allah berfirman:
“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus (istiqamah).” (al-Fatihah : 6)
Mintalah selalu petunjuk dan sikap istiqamah iaitu dengan sentiasa bersama Allah di setiap keadaan dalam naungan reda-Nya. Iaitu dalam naungan ajaran Nabi SAW seperti yang Allah firmankan:
“Terimalah semua yang diajarkan Rasul dan jauhilah semua yang dilarangnya. Bertawakallah kepada Allah. Sungguh hukuman Allah amat hebat.” (al-Hasyr : 7)
Orang yang sedang berjalan menuju kepada Allah dan mendekatkan diri dengan ibadat, ibarat orang yang sedang menggali perigi di dalam tanah sedikit demi sedikit hingga menemui mata airnya.
Setelah melakukan usaha dan perjuangan yang lama, akhirnya perigi itu memancarkan air. Adapun orang ditarik mendekati-Nya seperti orang yang menginginkan air lalu tiba-tiba awan dari langit menurunkan hujan sehingga ia mengambil air tersebut sesuai dengan keperluannya tanpa perlu bersusah payah. Ertinya, Allah telah menarik orang tersebut kepada-Nya.
Syeikh Abu al-Hassan al-Syadzili bercerita: Pada suatu hari, aku tinggal di pedalaman selama tiga hari. Ketika itu, tidak ada makanan yang boleh dimakan. Tiba-tiba beberapa orang Nasrani melalui di hadapanku. Mereka melihatku sedang tersandar.
Lalu mereka berkata: “Orang ini ulama kaum muslim”
Kemudian mereka letakkan di atas kepalaku sepotong makanan kemudian berlalu pergi.
Sungguh ajaib. Bagaimana mungkin rezekiku berperantaraan dari musuh, bukan berperantaraan dari para kekasih, kataku ketika itu.
Tiba-tiba ada suara yang menjawab: Orang yang hebat bukanlah yang diberi rezeki dari para kekasih tetapi dari musuh.
Wahai hamba Allah, seringkali engkau menunjukkan rasa cinta dan lebih tertumpu kepada makhluk. Tetapi engkau amat jarang menunjukkan rasa cinta kepada Allah SWT. Seandainya dibukakan bagi engkau pintu untuk mencintai Allah, pasti engkau akan menyaksikan pelbagai keajaiban dan mendapat reda-Nya.
Rasa cinta kepada Allah dapat dibuktikan dengan menunjukkan ketaatan kepada-Nya, melaksanakan solat dua rakaat dimalam hari, membaca al-Quran, menziarahi orang sakit, menyolatkan jenazah, bersedekah kepada fakir miskin, membantu saudara muslim yang lain, mengadakan kegiatan yang baik, meyebarkan ilmu ataupun membuang duri di jalanan.
Pedang tidak boleh dipakai untuk berperang kecuali dengan bantuan lengan yang kuat. Demikian juga dengan amal soleh. Ia memerlukan seorang mukmin yang ikhlas dalam mengerjakannya.
Ibadat yang paling ringan yang boleh engkau pakai untuk menunjukkan rasa cinta kepada Allah adalah berzikir secara tulus. Kerana zikir itu boleh dikerjakan meskipun oleh orang yang sudah tua, oleh orang sakit yang terlantar, oleh pekerja yang sibuk dengan tugasnya ataupun oleh orang yang malas yang sedang berbaring di tempat tidurnya.
Allah berfirman:
“Apabila kalian telah menunaikan solat, berzikirlah kepada Allah, dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring.” (an-Nisa’ : 103)
Ketahuilah bahawa sesiapa yang mengarahkan cintanya kepada Allah, Allah juga akan menebarkan kemurahan kepadanya. Orang-orang yang berbuat baik akan mendapat kebaikan (yang setaraf) bahkan lebih daripada itu.
Tetapi aneh apabila seseorang lebih bersahabat dan lebih mencintai hawa nafsu padahal ia merupakan suatu malapetaka yang membuatkan manusia menyimpang dari bersahabat dan mencintai Allah.
Padahal Allah merupakan sumber kebaikan. Siapa yang benar-benar ingin berjalan menuju Allah, hendalah ia mempunyai tekad yang kuat.
Bila muncul pertanyaan, bagaimana caranya bersahabat dengan Allah?
Jawapannya, bersahabat dengan sesiapapun ada kaitannya. Bersahabat dengan Allah adalah dengan mengerjakan perintah-Nya, menghindari larangan-Nya dan bertawakal kepada-Nya dalam setiap urusan. Bersahabat dengan kedua malaikat (Raqib dan Atid) adalah dengan melakukan pelbagai amal kebajikan. Bersahabat dengan al-Quran dan Sunnah adalah dengan mengamalkan isinya.
Bersahabat dengan langit adalah dengan merenungkannya serta bersahabat dengan bumi adalah dengan mengambil pelajaran dari yang ada di dalamnya. Persahabatan tidak semestinya dengan melihat dan menyaksikannya.
Makna persahabatan dengan Allah adalah bersahabat dengan semua kurniaan dan nikmat-Nya.
Bersahabat dengan nikmat-Nya adalah bersyukur.
Bersahabat dengan ujian-Nya adalah bersabar.
Bersahabat dengan perintah-Nya adalah menghormati dan menunaikannya.
Bersahabat dengan larangan-Nya adalah menjauhi.
Bersahabat dengan ketaatan adalah bersikap ikhlas dan bersahabat dengan al-Quran adalah merenungkannya.
Sekiranya seorang hamba melakukan perkara-perkara itu, beerti ia telah menjalin persahabatan dengan Allah. Bila persahabatan terwujud, kedekatan juga akan diperolehi.
Oleh itu, wahai saudaraku jangan sehingga matahari terbit lagi sementara engkau belum menyembah Allah sebagai hamba yang tulus, setia dan menyintai-Nya.
Oleh itu, bersedekahlah setiap hari walaupun dengan 1/4 dirham sehingga Allah mencatatkan engkau dalam golongan orang yang senang bersedekah.
Bacalah al-Quran setiap hari walaupun hanya satu ayat agar Allah mencatatkan engkau dalam golongan orang yang senang membaca al-Quran serta lakukanlah solat malam walaupun hanya dua rakaat agar Allah mencatat engkau dalam golongan yang senang mengisi malam (qiyamullail).
Jangan sehingga berbuat salah dengan berkata: Mana mungkin orang yang hanya mempunyai makanan cukup untuknya bersedekah? Allah berfirman:
“Hendaklah orang yang mampu, memberikan menurut kemampuannya. Adapun orang yang terbatas rezekinya, hendaklah mengeluarkan sedekah dengan apa yang Allah berikan. Allah tidak memaksa seseorang kecuali sesuai kadar kemampuannya. Kelak Allah akan memberi kemudahan menghilangkan kesulitan.” (at-Talaq : 7)
Orang miskin yang diberi sedekah tidak ubah seperti makhluk yang sedang membawa bekalanmu menuju ke akhirat.
Oleh itu, mintalah mereka untuk membawakan bebanan yang engkau kehendaki agar pada hari kiamat nanti engkau pasti mendapatkannya.
Kadangkala seseorang dikirim untuk memberi engkau pelbagai nikmat. Hanya engkau mungkin buntu, tidak sedar dan tidak bersyukur. Engkau seperti bayi dalam buaian yang setiap kali diayun ia tertidur. Kerana setiap kali ditambah rezekimu, engkau tambah berpaling.
Andaikata seorang penguasa mengirim baju untukmu, mungkin engkau hanya berterima kasih dan memujinya. Oleh itu, engkau mesti segera berpindah kepada Tuan yang telah menganugerahkan segala kenikmatan kepadamu. Tinggalkanlah mereka yang tidak sanggup memberi manfaat kepada yang lain.

Tali persaudaraan sesama umat terus utuh jika didasari ajaran al-Quran




AMIRUL Mukminin Khalifah Sulaiman Abdul Malik adalah sepupu Umar Abdul Aziz. Hubungan mereka sangat erat sehingga khalifah menamakan Umar sebagai pewaris takhtanya. Walaupun kaum kerabat khalifah tidak menyukainya, khalifah tetap meneruskan hasratnya itu kerana Umar amat taat kepada agama.
Seorang menteri dan penasihat khalifah terkenal alim lagi warak, Raja’ Haiwah menasihati Sulaiman sewaktu akhir hayatnya: “Wahai Amirul Mukminin, antara perkara yang menyebabkan engkau akan dijaga di dalam kubur dan menerima syafaat daripada Allah SWT di akhirat kelak adalah apabila engkau tinggalkan untuk orang Islam khalifah yang adil, maka siapakah pilihanmu? Jawab Khalifah Sulaiman: Aku melihat Umar Ibn Abdul Aziz.”
Suatu hari, sewaktu pemerintahannya, Sulaiman mengajak Umar ke kem tentera Bani Umayyah. Sulaiman bertanya kepada Umar: “Apakah yang kamu lihat wahai Umar bin Abdul-Aziz?” Khalifah nampak terlalu bangga ketika melihat kekuatan pasukan yang sudah dilatih.
Namun Umar menjawab tanpa rasa takut: “Aku sedang melihat dunia itu sedang dilahap antara satu sama lain, dan engkau adalah orang yang paling bertanggungjawab dan akan ditanyakan oleh Allah SWT mengenainya.”
Khalifah Sulaiman berkata lagi: “Tidakkah kamu takjub dengan kehebatan pemerintahan kita ini? Jawab Umar lagi: “Bahkan yang paling hebat dan membuatku takjub ialah orang yang mengenali Allah SWT kemudian menderhakai-Nya, mengenali syaitan kemudian mengikutinya, mengenali dunia kemudian condong kepadanya.”
Mengamati perbualan antara khalifah dan sahabat sejatinya, Umar Abdul Aziz itu jelas terlihat keikhlasan dan cinta kasih dalam perhubungan dua insan atas nama persahabatan dunia akhirat. Sulaiman menangis setiap kali Umar menasihati dengan penuh kasih sayang.
Kedua-dua bapa mereka iaitu Abdul Malik dan Abdul Aziz adalah adik beradik daripada keturunan kerajaan Bani Umayyah. Pertalian darah merapatkan hubungan mereka. Namun yang paling ketara ialah pertalian hati yang ikhlas kerana Allah SWT dalam mencintai saudaranya.
Teman paling rapat kadang-kadang boleh menjadi musuh dalam selimut melainkan orang dipelihara Allah SWT hati mereka daripada khianat, dengki yang disembunyi dan dendam yang dipendam. Dunia menunjukkan kesudahan orang yang teraniaya angkara teman sendiri, ada yang muflis disebabkan mahu menolong kawan.
Dipenjara kerana membela orang yang istimewa baginya tetapi orang itu akhirnya langsung tidak mengenang budi dan jasa sahabatnya itu. Semua terjadi kerana sikap kepura-puraan, bermuka-muka dan saling mengampu. Hubungan yang tidak diasaskan dengan kejujuran, keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Al-Quran mengabadikan kejujuran dan keikhlasan persahabatan antara Muhajirin dan Ansar dalam firman Allah yang bermaksud:
“Dan orang yang menduduki kota Madinah dan beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Ansar) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin) dan mereka (Ansar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa diberikan kepada mereka (Muhajirin) dan mereka mengutamakan (orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara daripada kekikiran dirinya, mereka itulah orang yang beruntung.” (Surah al-Hasyr, ayat 9).
Syarat tali persaudaraan boleh menjadi kukuh menurut al-Quran ialah jika anda dan sahabat disatukan oleh ikatan iman. Bukan kerana ikatan perniagaan atau assabiah jahiliah. Ia terlalu rapuh untuk dipegang, bahkan dua insan boleh dirosakkan oleh hubungan sebegitu.
Jika untung boleh jadi kawan, rugi pula saling tikam menikam. Masa berkuasa semua menyokong jika jatuh tanpa kuasa tiada seorang pun mahu menolong. Begitu pula di dunia, mereka boleh jadi sahabat rapat saling menguntungkan tetapi di akhirat, mereka menjadi musuh yang saling cela mencela.
Firman Allah SWT yang bermaksud:
“Teman akrab pada hari itu sebahagiannya menjadi musuh bagi sebahagian yang lain kecuali orang bertakwa.” (Surah al-Zukhruf, ayat 67)
Ketika di dunia mereka saling tolong menolong pada jalan batil, jika seseorang melakukan kejahatan maka sahabatnya itu malah memuji dan mengampu kerana mahu mengambil kesempatan atas kelemahan saudaranya.
Al-Bukhari, Muslim dan Abu Daud meriwayatkan daripada Abi Bakrah, beliau berkata:
“Seorang lelaki memuji seseorang di sisi Rasulullah SAW kemudian Baginda SAW bersabda yang bermaksud: Engkau telah memotong leher sahabatmu. Barang siapa yang memuji saudaranya dengan tidak dapat dielakkan juga, maka hendaklah dia berkata: Aku menilai si polan. Dan Allah SWT yang menjadi penilai yang sebenar, seseorang tidak boleh menyucikan seseorang melebihi Allah SWT.”
Oleh itu, sahabat Rasulullah SAW amat membenci perbuatan suka mengampu, padahal mereka memang selayaknya mendapat pujian. Seorang lelaki memuji Abdullah bin Umar katanya: “Wahai sebaik-baik manusia, wahai anak sebaik-baik manusia.”
Maka ibu Umar berkata: “Aku bukan sebaik-baik manusia dan bukan anak sebaik-baik manusia tetapi aku seorang hamba Allah SWT daripada hamba-hamba Allah SWT, aku berharap kepada Allah SWT dan aku takut kepada Allah SWT. Demi Allah SWT jika kamu tidak mahu berhenti mengatakan yang demikian itu kepada seorang lelaki maka engkau sesungguhnya telah membinasakan dia.”
Iman menjadi penyatu dua hati, jika iman berbicara sikap ditunjukkan seseorang kepada saudaranya benar-benar bersih daripada kepentingan dunia. Dia berdiri sebagai pendamping yang jujur dalam menyatakan pandangannya, tidak ada apa yang ditutupi, yang pahit sama ditelan yang manis sama dirasa.
Dialah penasihat paling ikhlas demi kebaikan saudaranya, dia mewarnai pemikiran dan perasaan, pandangan dan sikap saudaranya dengan nilai agama yang membawa suasana harmoni di antara dua hati. Matlamat mereka bertemu dan bersahabat ialah kerana Allah SWT, agenda mereka rancang bersama ialah demi cita-cita akhirat. Tidak sesekali mereka biarkan dunia menghancurkan persahabatan itu.
Rasulullah SAW bersabda mengenai keperibadian sahabat sejati yang bermaksud:
“Mahukah kamu aku beritahukan mengenai orang baik di kalangan kamu? Para sahabat menjawab: Ya Wahai Rasulullah. Baginda SAW bersabda: Apabila kamu memandang kepada mereka, kamu teringat kepada Allah. Kemudian Rasulullah SAW bersabda lagi, bermaksud: “Mahukah kamu aku beritahukan orang yang jahat di kalangan kamu? Mereka ialah orang yang suka melaga-lagakan antara dua orang, yang suka merosakkan hubungan kasih sayang antara mereka yang berkasih sayang dan suka mencari aib cela orang yang baik-baik.” (Hadis riwayat Imam Ahmad)
Jika kita memandang ke wajah seseorang diberkati Allah SWT, seolah-olah memancar cahaya keimanan yang menembusi hati kita, aura iman itu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita kepada kelemahan diri.
Tetapi kadang-kadang kita menemukan seseorang yang membawa aura jahat daripada kalbunya sehingga pantulannya mempengaruhi pemikiran, sikap dan matlamat kita. Bukan senang menemukan seseorang yang benar-benar ikhlas mahu bersahabat kerana Allah SWT, mungkin disebabkan diri kita sendiri belum lagi baik maka susah sungguh untuk menemukan lelaki yang benar-benar baik dijadikan sahabat sejati.

Hutan Belantara dipenuhi dengan penghuninya


Hutan Belantara dipenuhi dengan penghuninya ada pokok pokok dan pohon pohon berbagai jenis, ada binatang binatang yang bermacam bentuk dan ragam, ada juga sungai yang mengalir, gua yang berbagai bentuk dan rupa. Itulah ciptaan Allah yang Maha Esa, Maha Perkasa dan Maha Mengetahui apa yangdiciptakan pasti ada tersirat dan tersurat disebalik ciptaannya


Disana ada juga penghuninya manusia yang dipanggil orang asli. Ada juga penceroboh, manusia manfaatkan apa yang bisa didapati dihutan belantara itu. Ada juga yang melakukan perbuatan yang tak bermoral untuk mencapai maksudnya. Berani melakukan apa saja utk kepentingannya.

Yok kita jengok kehidupan hutan Rimba = Pokok pokok dan pohon pohonnya yang tumbuk dengan sendirinya. Pokok dan pohon ini tidak memerlukan bantuan manusia tetapi ia hanya memerlukan bantu Allah yang Maha Esa. Ia tumbuh dengan sendirinya. Hujan yang membasahi bumi menyiram pokok pokok dan pohon. Tumbuhnya dengan segar dan hujan adalah minumannya kurnia dari Allah Maha Esa. Pembiakkannya, bertambahnya ia dari satu species kesatu species, adalah dengan kurniaan Allah, Allah memerintahkan angin meniup benihnya, binatang binatang dan banyak hal hal yang samada kita bisa fikirkan atau tak terfikir langsung dibenak otak kita. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang diinginkan pada pokok dan pohon itu…..bersambung…. … ilham dan jari jemari nak tulis ….tapi..dah penat..







Rasa susah adalah tersempitnya hati karena kehilangan sesuatu yang kita cintai, atau rasa takut terhadap datangnya hal-hal yang kita benci yang menimbulkan rasa gelisah. Seluruh ketakutan dan kekuwatiran bahkan kegelisahan itu jika menumbuhkan kebangkitan diri menuju Allah berarti memiliki perkara yang postif dan baik. Sebaliknya jika tidak, bahkan menikmati kegelisahan dan keputus asaan, dan merubah penghidupan kita berubah buruk, karena terpedaya oleh tipudaya nafsunya itu sendiri.

Ramai orang yang mengalami krisis kejiwaan membuat dirinya tertimpa kemalasan, stress, dan lain lain lagi adalah terperangkap dengan alasan oleh nafsunya sendiri. kegelisahan itu bisa menimbulkan putus asa karena merasa apa yang muncul itu dari dirinya.
Abu Sulaiman ad-Darany mengatakan, "Tangis itu bukanlah airmata yang meleleh, tetapi tangis sesungguhnya adalah meninggalkan dan melupakan perkara yang ditangisi."
Renungilah sejenak, cari punya permasaalahan itu mulai dari permulaannya (find the roots) dan fikirkanlah kembali apakah permasaalahan itu. Adakah ia bernilai atau merugikan dan melalaikan?????

Berarti seseorang harus tetap menjaga semangat dan stamina bangkit kepada Allah Ta'ala. Menyerahkan diri kepada Allah secara total dan bertawakal dan berusaha mencari yang terbaik dengan bimbingan dan petunjjuk dari Allah.

Banyak sekali permintaan, permohonan, dan tuntutan kita yang kita ajukan kepada Allah Ta'ala. Tetapi kita sering lupa, tuntutan apakah yang terbaik dari sejuta tuntutan itu?

Manusia banyak diberi peluang untuk memohon apapun, yang bermanfaat bagi dunia akhirat. Allah memberi kita pilihan samada membuat yang terbaik atau sebaliknya, walaupun Allah mengetahui keputusan yang kita ambil. Sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun dan Maha Pemberi. So apabila membuat sesuatu pilihan dan keputusan jangan ikut nafsu......

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...